Tuesday, November 30, 2010

PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA (PSN) BERPACU DALAM WAKTU

Di sajikan oleh Jro Mangku Wayan Rajin, Ketua III bidang Humas Pinandita Sanggraha Nusantara


Dalam usianya yang baru 23 bulan, pada hari Sabtu 10 juli 2010, Pinandita Sanggraha Nusantara telah menginjakkan kakinya di Mamuju desa Komo, Sulbar yang merupakan propinsi ke 26 dalam perkembangan dari wadah Suci ini. Bertepatan dengan hari Sabtu yang cerah di balai desa Komo, salah satu desa transmigran dengan penduduk hampir 300 kk telah dilantik, dikukuhkan Pengurus Pinandita Sanggraha Nusantara Koordinator Wilayah (Korwil) Sulawesi Barat dengan acara yang sangat mengesankan.

Pelantikan disaksikan oleh Ketua Parisada Propinsi Sulbar, Bpk dr. I Ketut Sidiarsa, Pembimas Hindu Kementrian Agama Sulbar Bpk IWaya Sukapta, Bpk. Kepala Desa Tomo, Ketua PHDI Kabupaten, Kota, tokoh tokoh masyarakat, undangan beserta perwakilan para pinandita dari setiap abupaten Sulbar.

Dalam acara pelantikan ini dibacakan Naskah Pelantikan oleh Ketua Umum PSN Pusat, Jro Mangku Ngurah Suyadnya, yang secara serentak diikuti oleh semua pengurus yang dilantik sedangkan, Doa Pelantikan dan Doa Pengukuhan dibacakan oleh Jro Mangku Gde setempat.

Sebelum acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus acara diawali oleh sambutan dari Ketua Umum Pinadita Sanggraha Nusantara.

Ketua PHDI propinsi Sulbar Bpk dr. I Ketut Sidiarsa yang memfasilitasi terlaksananya acara tersebut, menyatakan sangat mendukung kegiatan ini serta memberikan apresiasi terhadap kehadiran pengurus Pusat PSN, serta menaruh harapan yang sangat besar tehadap keberadaan Lembaga ini yang nantinya diharapkan menjadi perpanjangan tangan dari Parisada dan Pembimas Kementrian Agama, sehingga program program keumatan yang selama ini belum dapat dilaksanakan secara baik, di masa yang akan datang diharapkan secara perlahan dan pasti dapat diatasi dengan tuntas.

Sehari sebelum pertemuan ini juga digelar dharmatula dimana pembicaranya adalah Ketua Pinandita Sangraha Nusantara Pusat, Ketua Parisada Propinsi Sulbar, dan Kepala Pembimas Hindu Kementrian Agama sebagai pemakalah, dan sekaligus sebagai nara sumber.
Rencana pelantikan dan pengukuhan ini sebenarnya sudah lama direncanakan oleh Ketua Parisada dan Pembimas Hindu Sulawesi Barat, namun karena kesibukan kesibukan beliau baru dapat direalisasikan 10 Juli 2010 ini.

Selanjutnya Ketua Umum Pinandita Sanggraha Nusantara Pusat dalam pengarahannya menekankan kembali kepada seluruh anggota bahwa sebagai pinandita di era modern ini tidak cukup dimaknai hanya dengan nganteb/muput saja, banyak membaca/menghafal mantra mantra, dalam kesehariannya berpakaian putih, rambut panjang, berjenggot, berkalungkan genitri serta hal hal lain sejenisnya. Sebagai seorang pinandita kita harus mampu menyikapi perayaan perayaan yang ada, agar kita tidak terjebak pada hal hal yang berkaitan denga ritrual semata. Disilah peran kita sebagai seorang pinandita harus meresapi apa semangat dari yadnya-yadnya yang kita lakukan.

Kalau saja kita sebagai umat Hindu memaknai hari raya - hari raya Hindu dengan baik dan tekun melaksanakan apa yang tersurat dari sastra agama, maka tidak ada alasan SDM Hindu ketinggalan seperti saat ini. Tujuan keberadaan pinandita di masyarakat adalah untuk menuntun umat agar mampu menjadikan informasi ajaran suci agama itu menumbuhkan transformasi diri untuk menjadi orang yang semakin berkuallitas. Dari adanya transformmasi diri inilah akan menumbuhkan transformasi sosial mennuju apa yang disebut jagadhita.

Kepada para pegurus yang baru dikukuhkan, diingatkan bahwa hidup yang berdisiplinlah yang menjadi landasan bagi pengurus. Disiplin hidup yang paling mendasar yang harus ditaati adalah kemampuan untuk mengamalkan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama. Tidaklah tepat seseorang menyandang gelar sebagai pengurus pinandita kalau masih kuat pamrihnya, seperti ingin paling dihormati, merasa diri paling jago, meremehkan yang lain dsb.

Dan yang tidak kalah pentingnya dalam situasi jaman yang pluralistik ini bagaimana pengurus Pinandita Sanggraha Nusantara ini mengambil sikap atau strategi yang tepat bekerja sama dengan lembaga-lembaga keagamaan yang ada untuk secara terpadu mengejar ketertinggalan yang kita rasakan dewasa ini. Banyaknya kreasi melalui pengembangan tradisi yang ada hendaknya tidak menapak pada permukaan saja, namun mampu menyentuh substansi demi terjadinya transformasi diri ke-arah peningkatan derajat kerokhanian.

Bangkit-melangkah- maju.